Selasa, 21 Februari 2006
Oleh: IGNATIUS KRISTANTO & SUWARDIMAN
Jika orang mendengar nama organisasi mahasiswa Islam besar di Indonesia, tak dapat dimungkiri nama Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI akan menjadi rujukan. Setelah mewarnai dunia gerakan mahasiswa selama hampir 59 tahun dan telah menghasilkan empat jutaan alumni, sekarang organisasi ini justru mendapat gugatan dari berbagai pihak.
Kisah perjalanan HMI memang lebih didominasi nuansa gerakan dan tarik-menarik politik elitenya daripada pengembangan intelektualitasnya, seperti embel-embel kata ”mahasiswa” yang melekat pada nama organisasi ini.
Pengembangan pemikiran yang menonjol hanya dilakukan saat Nurcholish Majid memimpin HMI periode 1966-1969. Pada tahun 1970, cendekiawan Muslim ini menelurkan gagasan pembaruan pemikiran Islam.
Kiprahnya yang lebih dekat dengan urusan politik inilah yang membuat HMI sering mendapat tekanan dari pihak luar. Bahkan, lebih sering rezim penguasa turut andil dalam memberikan tekanan itu. Tekanan pertama muncul dari Prof Ernest Utrecht, Sekretaris Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Cabang Jember pada tahun 1964. Dengan surat keputusannya, Prof Utrecht telah melarang HMI di fakultasnya. Alasannya, HMI terlibat peristiwa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), Permesta, DI/TII, percobaan pembunuhan presiden, dan lain-lain.
Isu ini kemudian dikembangkan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk turut serta mendorong pembubaran HMI. Pada awalnya, Presiden Soekarno akan membubarkannya, namun setelah mendengar saran dari Menteri Agama Saifuddin Zuhri akhirnya HMI tidak dibubarkan.
Tekanan politik kedua muncul di era Orde Baru. Pemerintahan Soeharto saat itu sangat mengutamakan politik keseragaman dan pemusatan kekuasaan. Oleh karena itu, semua kekuatan sosial dan politik dipaksa untuk mengubah dasarnya dengan Pancasila. Jika menolak, dapat berakibat dibubarkan.
HMI pun terkena dampaknya. Kongres XVI di Kota Padang tahun 1986 menjadi saksi pengaruh negara yang berlebihan untuk memaksakan asas tunggal. HMI akhirnya pecah menjadi dua, HMI ”Pancasila” menjadi HMI yang ”resmi” diakui negara hingga sekarang—meski sudah berubah kembali ke asas Islam pada tahun 1999—dan HMI Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) yang tetap kukuh berasas Islam.
Sejak mengikuti ”intervensi” Orde Baru itulah, HMI kian dekat dengan kekuasaan. Lulusan HMI terakomodasi untuk masuk di lingkaran kekuasaan, menjabat di lembaga-lembaga negara.
Sebagai contoh dapat dilihat di lembaga legislatif. Ada kecenderungan jumlah alumni yang masuk di DPR meningkat. Jalur partai yang dipakai terutama adalah Golkar dan sedikit di Partai Persatuan Pembangunan (lihat grafik). Hal ini juga terjadi di lembaga-lembaga negara lainnya, seperti di kementerian.
Akhirnya, jalur-jalur posisi kekuasaan ini dapat dicapai alumninya meski mereka tidak langsung meraihnya. Ada berbagai proses atau jalur sehingga membentuk pola yang ”khas”.
Dari hasil pengamatan Kompas terhadap biodata 19 menteri, ada lima jalur yang dipakai oleh para alumni sebelum mereka meraih kekuasaan di kementerian. Jalur-jalur itu adalah akademisi, aktivis partai, pengusaha, birokrat, dan organisasi keagamaan. Jalur akademisi adalah yang paling banyak terjadi. Ini wajar terjadi karena Presiden Soeharto waktu itu lebih mengakomodasi kalangan teknokrat dalam membentuk kabinetnya.
Dari sisi pengaderan pun meningkat pesat. Ketika didirikan pada 5 Februari 1947, jumlah anggotanya hanya 18 orang. Cabangnya pun belum ada. Baru pada kongres pertama di Yogyakarta beberapa bulan kemudian, muncul empat cabang.
Menurut data Pengurus Besar HMI, kini jumlah cabang telah mencapai 165 yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Anggotanya pun meningkat menjadi sekitar 450.000 mahasiswa.
Potensi secara kuantitas yang besar, baik dari alumni maupun anggota aktifnya inilah yang menjadi sumber magnet bagi kelompok politik eksternal sangat berkepentingan dengan HMI. Jaringan yang besar ini membuat sebagian pengurusnya lalu lebih dekat ke elite kekuasaan.
Akibatnya, aktivitas dan gerakan organisasi ini seolah-olah ”mati suri”. Setelah kontroversi pembaruan Islam ala Cak Nur dan perbedaan asas Pancasila versus Islam, tidak ada lagi gerakan yang menarik yang muncul dari HMI. Bahkan, ketika dalam era reformasi tahun 1998, gaung HMI tenggelam oleh gerakan mahasiswa waktu itu.
Kelesuan inilah yang membuat Nurcholish Madjid turun gunung. Pada pertengahan tahun 2002, cendekiawan Muslim ini mengusulkan agar HMI sebaiknya dibubarkan saja. Alasannya, orientasi para kader HMI condong menjadi pejabat.
Inilah kritik pertama dari ”orang dalam” sendiri untuk membubarkan HMI. Padahal, sebelumnya gerakan pembubaran hanya terjadi dari pihak eksternal.
Kritik yang sama datang dari tiga alumninya. Rektor Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengkritik bahwa saat ini orientasi politik anggota dan pengurus HMI menguat. ”Banyak anggota dan pengurusnya yang melihat HMI semata-mata sebagai proses atau jenjang untuk meniti karier politik,” ujar alumnus yang pernah menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat periode 1981-1982 itu.
Nada kegelisahan juga dilontarkan Yasin Kara, anggota DPR dari Partai Amanat Nasional, dan Laode M Kamaluddin, Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam. Keduanya berpendapat HMI sekarang menjadi terlalu pragmatis, sistem kaderisasi yang dikembangkan tidak berprospek jauh ke depan.
Di era keterbukaan seperti sekarang, di mana pola berpolitik berubah, sistem kaderisasi HMI juga harus berubah. Hal yang mungkin kurang disadari oleh pengurus HMI.
Lontaran kritik, kegelisahan, dan sekaligus kekhawatiran dari para alumninya ini memang diakui oleh Marbawi, salah satu Ketua Pengurus Besar HMI periode 2003-2005. Orientasi elite ini memang terjadi pada sebagian pengurusnya. Sebagian besar anggota HMI justru tidak berorientasi politik praktis.
Kini penyebaran alumni HMI tidak lagi terkelompok di satu partai, yaitu Golkar, melainkan tersebar di berbagai partai politik. Pengaruh alumni terhadap HMI pun telah berubah dari satu kekuatan menjadi banyak kekuatan politik. Tantangan inilah yang kini menghadang HMI yang sedang menyelenggarakan Kongres XXV di Kota Makassar. (Litbang Kompas)
Sumber: Harian Kompas
Selasa, 15 Januari 2008
Kalla: Saya Masih Dikira Bendahara HMI
Padang, 19 Oktober 2007
(Majalah Gatra)
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla meresmikan gedung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Padang, Jum`at (19/10), dalam suasana santai dan penuh canda.
"Saya sudah keluar HMI lebih 40 tahun lalu yakni 1967, tapi sampai sekarang adik-adik HMI masih saja kira saya Bendahara HMI," kata Jusuf Kalla yang disambut tawa ratusan undangan.
Kalla menjelaskan, hampir setiap ada kegiatan HMI baik di pusat maupun cabang, jika menyangkut soal dana maka ia akan dihubungi.
Kendati demikian, Kalla mengaku hal itu menunjukkan bahwa hingga saat ini masih ada hubungan yang erat antara dirinya dengan HMI. Kalla sendiri adalah adalah mantan Ketua Pengurus Cabang HMI Makassar dan saat ini bergabung di KAHMI.
Kalla mengungkapkan, saat kunjungannya ke Manado, Sulawesi Utara, masuk SMS (layanan pesan singkat) ke telepon seluernya, yang ternyata dari Ketua HMI Cabang Manado yang mengatakan akan melakukan training intermedia.
Kalla menceritakan pula saat ada aksi demonstrasi di depan kantor Istana Wapres, Jakarta. Saat itu, Kalla melihat yang melakukan aksi demo anggota HMI.
"Tapi anak-anak HMI ini kadang agak kurang ajar juga. Masa` demo HMI di depan Kantor Wapres. Ada SMS, `bang kita demo di depan (Kantor Wapres --Red)`. Nah Kenapa? Kami barusan bikin training, ada hutang belum dibayar ... ha??" ungkap Kalla terheran-heran.
Namun buru-buru Kalla menambahinya dengan kalimat, "Mungkin itu balas dendam karena dulu kita juga kasih orang seperti itu.".
Sebelumnya, dalam laporan Presidium KAHMI Asri Harahap mengaku, Gedung HMI Cabang Padang ini telah empat kali dilakukan peletakan batu pertama. Namun, baru pada peletakan batu pertama yang ke empat gedung benar-benar jadi. "Tadi katanya empat kali peletakan batu. Jangan-jangan nanti peresmiannya juga empat kali. Peresmian lantai satu, peresmian lantai dua dan seterusnya. Supaya lancar (dananya)," kata Kalla yang disambut tawa lepas para undangan.
Sambil tertawa, Kalla juga menunjuk beberapa alumni HMI yang hadir antara lain Bachtiar Chamsyah, Fahmi Idris, Anas Urbaningrum, Syahrul Ujud, atau Gamawan Fauzi.
Guyonan pun terus berlanjut, bahkan pecahnya HMI menjadi dua organisasi juga menjadi obyek guyonan Kalla."Nggak apa-apa ada dua HMI. Satu HMI saja sudah hebat apalagi kalau dua HMI. Yang penting jangan berperang lah. Mau tiga HMI juga nggak apa-apa bagus malah saling bersaing," kata Kalla sambil terpingkal-pingkal.
Namun Kalla mengingatkan agar HMI tetap konsisten menjadi insan akademis. "Adik-adik HMI harus tetap ciptakan insan akademis, jangan insan demonstran, jangan asal apa saja tak boleh, apa saja salah," katanya.
Peletakan batu pertama Gedung HMI Cabang Padang tersebut dilakukan oleh Kalla pada tahun 2004 saat ia masih menjabat sebagai calon wakil presiden (cawapres). Sedangkan peresmian kali ini dilakukannya saat telah menjabat sebagai wakil presiden. "Soal sumbangan nanti adalah. Dulu cawapres sekarang sudah wapres, jadi naik 50 persen lah. Kan sudah jadi wapres, pangkatnya sudah naik. Penghasilan tak naik, tapi pangkat sudah naik," demikian Kalla. [EL, Ant]
(Majalah Gatra)
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla meresmikan gedung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Padang, Jum`at (19/10), dalam suasana santai dan penuh canda.
"Saya sudah keluar HMI lebih 40 tahun lalu yakni 1967, tapi sampai sekarang adik-adik HMI masih saja kira saya Bendahara HMI," kata Jusuf Kalla yang disambut tawa ratusan undangan.
Kalla menjelaskan, hampir setiap ada kegiatan HMI baik di pusat maupun cabang, jika menyangkut soal dana maka ia akan dihubungi.
Kendati demikian, Kalla mengaku hal itu menunjukkan bahwa hingga saat ini masih ada hubungan yang erat antara dirinya dengan HMI. Kalla sendiri adalah adalah mantan Ketua Pengurus Cabang HMI Makassar dan saat ini bergabung di KAHMI.
Kalla mengungkapkan, saat kunjungannya ke Manado, Sulawesi Utara, masuk SMS (layanan pesan singkat) ke telepon seluernya, yang ternyata dari Ketua HMI Cabang Manado yang mengatakan akan melakukan training intermedia.
Kalla menceritakan pula saat ada aksi demonstrasi di depan kantor Istana Wapres, Jakarta. Saat itu, Kalla melihat yang melakukan aksi demo anggota HMI.
"Tapi anak-anak HMI ini kadang agak kurang ajar juga. Masa` demo HMI di depan Kantor Wapres. Ada SMS, `bang kita demo di depan (Kantor Wapres --Red)`. Nah Kenapa? Kami barusan bikin training, ada hutang belum dibayar ... ha??" ungkap Kalla terheran-heran.
Namun buru-buru Kalla menambahinya dengan kalimat, "Mungkin itu balas dendam karena dulu kita juga kasih orang seperti itu.".
Sebelumnya, dalam laporan Presidium KAHMI Asri Harahap mengaku, Gedung HMI Cabang Padang ini telah empat kali dilakukan peletakan batu pertama. Namun, baru pada peletakan batu pertama yang ke empat gedung benar-benar jadi. "Tadi katanya empat kali peletakan batu. Jangan-jangan nanti peresmiannya juga empat kali. Peresmian lantai satu, peresmian lantai dua dan seterusnya. Supaya lancar (dananya)," kata Kalla yang disambut tawa lepas para undangan.
Sambil tertawa, Kalla juga menunjuk beberapa alumni HMI yang hadir antara lain Bachtiar Chamsyah, Fahmi Idris, Anas Urbaningrum, Syahrul Ujud, atau Gamawan Fauzi.
Guyonan pun terus berlanjut, bahkan pecahnya HMI menjadi dua organisasi juga menjadi obyek guyonan Kalla."Nggak apa-apa ada dua HMI. Satu HMI saja sudah hebat apalagi kalau dua HMI. Yang penting jangan berperang lah. Mau tiga HMI juga nggak apa-apa bagus malah saling bersaing," kata Kalla sambil terpingkal-pingkal.
Namun Kalla mengingatkan agar HMI tetap konsisten menjadi insan akademis. "Adik-adik HMI harus tetap ciptakan insan akademis, jangan insan demonstran, jangan asal apa saja tak boleh, apa saja salah," katanya.
Peletakan batu pertama Gedung HMI Cabang Padang tersebut dilakukan oleh Kalla pada tahun 2004 saat ia masih menjabat sebagai calon wakil presiden (cawapres). Sedangkan peresmian kali ini dilakukannya saat telah menjabat sebagai wakil presiden. "Soal sumbangan nanti adalah. Dulu cawapres sekarang sudah wapres, jadi naik 50 persen lah. Kan sudah jadi wapres, pangkatnya sudah naik. Penghasilan tak naik, tapi pangkat sudah naik," demikian Kalla. [EL, Ant]
Senin, 07 Januari 2008
Pidato Jusuf Kala Saat Peresmian Wisma HMI Cabang Padang - Sumbar
Padang, 19/10 (ANTARA)
Rasa-rasanya, di mana ada Jusuf Kalla di situ ada canda tawa. Semua hal tampaknya bisa menjadi bahan guyonan Wakil Presiden.
Acara seremonial peresmian gedung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sumbar Padang, Jumat, juga menjadi bahan guyonan segar penuh gelak tawa.
"Saya ini sudah keluar HMI 40 tahun lalu. Tetapi sampai sekarang adik-adik HMI masih saja dikira saya ini bendahara HMI," kata Wapres M Jusuf Kalla ketika memulai pidatonya.
Ratusan udangan yang hadir di situ menyambut ucapannya itu dengan gelak tawa.
Hampir setiap ada kegiatan HMI baik di pusat maupun di cabang mana pun, jika menyangkut soal dana maka wapres akan dihubungi, katanya.
Tetapi, Wapres menganggap hal itu merupakan tanda bahwa hingga saat ini masih ada hubungan yang erat antara dirinya dengan teman-teman di HMI.
Wapres sendiri merupakan mantan Ketua Pengurus Cabang HMI Makasar dan saat ini bergabung di KAHMI.
Ketika berkunjung ke Manado, Sulut ada SMS (layanan pesan singkat) dari Ketua HMI Cabang Manado yang mengatakan akan melakukan intermediate training. Jadi perlu dana, kata Wapres.
Pernah, kata Wapres Jusuf Kalla, ada aksi demonstrasi dan kebetulan dilakukan oleh anggota HMI di depan kantor Istana Wapres Jakarta.
"Anak-anak HMI ini kadang-kdang agak kurang ajar juga. Masak demo HMI di depan kantor Wapres. Lalu ada sms juga dikirim. Isinya, Bang kami demo di depan Kantor Wapres. Kenapa? Kami barusan bikin training, ada utang belum dibayar ...haaa," kata Wapres sambil tertawa lebar.
Lekas-lekas Wapres menambahinya dengan kalimat, "Mungkin itu balas dendam karena dulu kita juga kasih orang seperti itu," sambil menunjuk para anggota Kesatuan Alumni HMI.
Sebelumnya, Presidium KAHMI Asri Harahap melaporkan bahwa gedung HMI Cabang Padang ini telah empat kali peletakan batu pertama. Namun, baru pada peletakan batu pertama yang keempat gedung benar-benar jadi.
"Nah, tadi katanya empat kali peletakan batu. Jangan-jangan nanti peresmiannya juga empat kali. Peresmian lantai satu, peresmian lantai dua dan seterusnya. Supaya lancar dananya," kata Wapres yang disambut tawa lepas para undangan.
Sambil tertawa Wapres juga menunjuk beberapa alumi HMI yang hadir antara lain Bahtiar Chamsyah, Fahmi Idris, Anas Urbaningrum, Syahrul Ujud, Gamawan Fauzi dan sebagainya.
Guyonan pun terus berlanjut. Bahkan HMI pecah menjadi dua organisasi juga menjadi objek guyonan Wapres.
"Ngak apa-apa ada dua HMI. Satu HMI saja sudah hebat apalagi kalau dua HMI. Yang penting jangan berperanglah. Mau tiga HMI juga ngak apa-apa. Bagus, malah saling bersaing," kata Wapres terpingkal-pingkal.
Wapres pun lalu menjelaskan, menjadi anggota HMI hukumnya menggunakan stelsell aktif sehingga mahasiswa harus aktif mendaftar. Sementara menjadi anggota KAHMI merupakan keterpaksaan, karena menggunakan stelsell pasif.
"Kami ini jadi anggota KAHMI itu keterpaksaan karena stelsell pasif tak usah daftar. Jadi, ya tak apalah," katanya.
Menurut Wapres, jika organisasi KAHMI mau berjalan dengan baik maka harus setingkat di atas arisan. Kalau tidak, KAHMI mungkin akan bubar karena anggota KAHMI sangat beragam kepentingan dan warna politiknya.
Wapres menyebut Bathiar Chamsyah yang berada di PPP, Anas Urbaningrum di Partai Demokrat atau dia sendiri di Partai Golkar. Karena itu, untuk kepengurussan KAHMI tidak bisa dipilih satu orangtetapi merupakan Ketua Presidium bersama-sama.
"Nanti kalau KAHMI masuk PPP, susah ya Pak Bathiar. Kalau masuk Golkar yaa agak lumayan," kata Wapres lagi-lagi membuat tawa.
Yang jelas, kata Wapres, hampir semua pemimpin bangsa ini merupakan anggota KAHMI. Wapres menyebutkan Ketua MKRI Jimly Ashidiqie, Ketua MA Bagir Manan, Ketua BPK Anwar Nasution dan lainnya.
Wapres juga mengatakan para mantan Ketua Pengurus Besar (PB HMI) juga telah menjadi anggota DPR RI atau DPRD. Mantan Ketua Pengurus Cabang justru menjadi menteri seperti Fahmi Idris, atau Wapres seperti dirinya.
"Saya ini Ketua KAHMI Komisariat Kabinet Indonesia Bersatu. Karena di situ ada 14 anggota menteri dari KAHMI," kata Wapres berkelakar.
Namun di balik semua keberhasilan para alumni HMI, Wapres juga menungkapkan banyak alumni HMI yang masuk penjara.
"Jadi ada yang hebat-hebat tetapi ada juga yang masuk penjara. Jaksanya KAHMI, tetapi yang dipenjara juga KAHMI," ujarnya.
Semboyan HMI "Yakin Usaha Sampai" juga jadi bahan banyolan. Menurut Wapres, saat ini "Usaha Sudah Sampai". Hanya kriteria usaha sudah sampai itu yang berbeda-beda antaranggota KAHMI.
"Sampai ada terminal-terminalny a. Kalau saya sudah sampai terminal akhir. Pak Bathiar atau Fahmi masih di terminal tiga," katanya sambiltertawa lebar.
Ada satu terminal lagi. Presiden RI.
Rasa-rasanya, di mana ada Jusuf Kalla di situ ada canda tawa. Semua hal tampaknya bisa menjadi bahan guyonan Wakil Presiden.
Acara seremonial peresmian gedung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sumbar Padang, Jumat, juga menjadi bahan guyonan segar penuh gelak tawa.
"Saya ini sudah keluar HMI 40 tahun lalu. Tetapi sampai sekarang adik-adik HMI masih saja dikira saya ini bendahara HMI," kata Wapres M Jusuf Kalla ketika memulai pidatonya.
Ratusan udangan yang hadir di situ menyambut ucapannya itu dengan gelak tawa.
Hampir setiap ada kegiatan HMI baik di pusat maupun di cabang mana pun, jika menyangkut soal dana maka wapres akan dihubungi, katanya.
Tetapi, Wapres menganggap hal itu merupakan tanda bahwa hingga saat ini masih ada hubungan yang erat antara dirinya dengan teman-teman di HMI.
Wapres sendiri merupakan mantan Ketua Pengurus Cabang HMI Makasar dan saat ini bergabung di KAHMI.
Ketika berkunjung ke Manado, Sulut ada SMS (layanan pesan singkat) dari Ketua HMI Cabang Manado yang mengatakan akan melakukan intermediate training. Jadi perlu dana, kata Wapres.
Pernah, kata Wapres Jusuf Kalla, ada aksi demonstrasi dan kebetulan dilakukan oleh anggota HMI di depan kantor Istana Wapres Jakarta.
"Anak-anak HMI ini kadang-kdang agak kurang ajar juga. Masak demo HMI di depan kantor Wapres. Lalu ada sms juga dikirim. Isinya, Bang kami demo di depan Kantor Wapres. Kenapa? Kami barusan bikin training, ada utang belum dibayar ...haaa," kata Wapres sambil tertawa lebar.
Lekas-lekas Wapres menambahinya dengan kalimat, "Mungkin itu balas dendam karena dulu kita juga kasih orang seperti itu," sambil menunjuk para anggota Kesatuan Alumni HMI.
Sebelumnya, Presidium KAHMI Asri Harahap melaporkan bahwa gedung HMI Cabang Padang ini telah empat kali peletakan batu pertama. Namun, baru pada peletakan batu pertama yang keempat gedung benar-benar jadi.
"Nah, tadi katanya empat kali peletakan batu. Jangan-jangan nanti peresmiannya juga empat kali. Peresmian lantai satu, peresmian lantai dua dan seterusnya. Supaya lancar dananya," kata Wapres yang disambut tawa lepas para undangan.
Sambil tertawa Wapres juga menunjuk beberapa alumi HMI yang hadir antara lain Bahtiar Chamsyah, Fahmi Idris, Anas Urbaningrum, Syahrul Ujud, Gamawan Fauzi dan sebagainya.
Guyonan pun terus berlanjut. Bahkan HMI pecah menjadi dua organisasi juga menjadi objek guyonan Wapres.
"Ngak apa-apa ada dua HMI. Satu HMI saja sudah hebat apalagi kalau dua HMI. Yang penting jangan berperanglah. Mau tiga HMI juga ngak apa-apa. Bagus, malah saling bersaing," kata Wapres terpingkal-pingkal.
Wapres pun lalu menjelaskan, menjadi anggota HMI hukumnya menggunakan stelsell aktif sehingga mahasiswa harus aktif mendaftar. Sementara menjadi anggota KAHMI merupakan keterpaksaan, karena menggunakan stelsell pasif.
"Kami ini jadi anggota KAHMI itu keterpaksaan karena stelsell pasif tak usah daftar. Jadi, ya tak apalah," katanya.
Menurut Wapres, jika organisasi KAHMI mau berjalan dengan baik maka harus setingkat di atas arisan. Kalau tidak, KAHMI mungkin akan bubar karena anggota KAHMI sangat beragam kepentingan dan warna politiknya.
Wapres menyebut Bathiar Chamsyah yang berada di PPP, Anas Urbaningrum di Partai Demokrat atau dia sendiri di Partai Golkar. Karena itu, untuk kepengurussan KAHMI tidak bisa dipilih satu orangtetapi merupakan Ketua Presidium bersama-sama.
"Nanti kalau KAHMI masuk PPP, susah ya Pak Bathiar. Kalau masuk Golkar yaa agak lumayan," kata Wapres lagi-lagi membuat tawa.
Yang jelas, kata Wapres, hampir semua pemimpin bangsa ini merupakan anggota KAHMI. Wapres menyebutkan Ketua MKRI Jimly Ashidiqie, Ketua MA Bagir Manan, Ketua BPK Anwar Nasution dan lainnya.
Wapres juga mengatakan para mantan Ketua Pengurus Besar (PB HMI) juga telah menjadi anggota DPR RI atau DPRD. Mantan Ketua Pengurus Cabang justru menjadi menteri seperti Fahmi Idris, atau Wapres seperti dirinya.
"Saya ini Ketua KAHMI Komisariat Kabinet Indonesia Bersatu. Karena di situ ada 14 anggota menteri dari KAHMI," kata Wapres berkelakar.
Namun di balik semua keberhasilan para alumni HMI, Wapres juga menungkapkan banyak alumni HMI yang masuk penjara.
"Jadi ada yang hebat-hebat tetapi ada juga yang masuk penjara. Jaksanya KAHMI, tetapi yang dipenjara juga KAHMI," ujarnya.
Semboyan HMI "Yakin Usaha Sampai" juga jadi bahan banyolan. Menurut Wapres, saat ini "Usaha Sudah Sampai". Hanya kriteria usaha sudah sampai itu yang berbeda-beda antaranggota KAHMI.
"Sampai ada terminal-terminalny a. Kalau saya sudah sampai terminal akhir. Pak Bathiar atau Fahmi masih di terminal tiga," katanya sambiltertawa lebar.
Ada satu terminal lagi. Presiden RI.
Pemuda Kehilangan Panutan
Pemuda Indonesia kehilangan panutan. Peringatan Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober, hanyalah peristiwa seremonial tanpa makna. Seretan arus globalisasi, membuat nasib kader bangsa ini tercabik-cabik.
Menurut Ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumbar, Revi Martha Dasta, sesungguhnya peringatan Sumpah Pemuda yang diagendakan setiap tahun, bisa dijadikan momen untuk membangkitkan kembali peran pemuda di negeri ini. "Kita kehilangan panutan. Kita juga kehilangan tokoh nasional sekaliber Bung Hatta, M. Natsir, Haji Agussalim dan lain ini," ucapnya.
Jika semua komponen pemuda bersatu, Revi Martha Dasta optimis akan lahir tokoh pemuda dan nasional dari daerah ini. Asalkan seluruh komponen masyarakat tersebut tidak saling menjatuhkan. Untuk itu, KNPI, OKP, HMI dan lainnya membuat blue print (cetak biru) untuk melahirkan tokoh-tokoh tersebut dengan memasang target lima tahun ke depan atau 10 tahun ke depan.
Dari amatan Wakil Ketua Pemuda Marapalam, Dodi Afrianto, arus globalisasi telah merubah pola pikir generasi muda sekarang ini. Tidak hanya pola pikir mereka saja yang telah berubah, tapi mereka juga lupa pada sejarah bangsa ini. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya generasi sekarang yang terjerumus oleh barang haram pembawa kehancuran. "Generasi sekarang banyak yang lupa sejarah. Kalau saja mereka masih ingat sejarah, tentang perjuangan para pahlawan kita memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, tentu mereka tidak akan mudah terbawa arus yang menyesatkan itu," katanya.
Dikatakan, generasi muda yang terbawa arus menyesatkan itu adalah mereka yang terlibat dalam masalah narkoba dan penyakit masyakarat yang marak terjadi dewasa ini. Seperti peristiwa yang terjadi di Pasaman Barat beberapa waktu lalu. "Mulanya sekedar coba-coba, lama-kelamaan mereka ketagihan. Akhirnya membawa petaka untuk masa depannya dan merugikan orang banyak.
Tidak hanya dirinya saja yang rugi tapi orangtua mereka juga tersiksa dibuatnya," sebut pria yang kini sedang bekerja sebagai salah satu tenaga honorer di instansi pemerintahan ini.
Disebutkan, perbedaan pemuda dulu dengan sekarang sangatlah jauh berbeda. Pemuda dulu cendrung mempertahankan kewajibannya ketimbang menghabiskan waktu tanpa arah. Pemuda dulu mempunyai kemauan yang keras dalam memberikan masukan yang positif bagi kemajuan bangsa. Mereka mandiri dan mampu mengambil keputusan yang bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan.
"Kalau pemuda sekarang banyak mengandalkan apa yang dipunyai orangtua mereka. Mereka tidak pernah berpikir bagaimana kondisi mereka tanpa orangtuanya, dikemudian hari. Mereka hanya bicara hari ini, tapi tidak untuk 10 tahun mendatang," ujar Dodi.Terkait makna Hari Sumpah Pemuda yang setiap tanggal 28 Oktober diperingati bangsa Indonesia, Dodi, memaknainya sebagai pembangunan motivasi diri untuk menjadi orang yang berguna bagi orangtua, bangsa dan tanah air di kemudian hari.
Selaku tenaga honorer, dia akan berusaha menjalankan tugas dan kewajibannya selaku anak bangsa negeri ini. Baik sebagai tenaga Sementara itu, Presiden Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang, Ja'far berpendapat, harapan lebih baik untuk kemajuan bangsa mesti ditentukan oleh para pemudanya, kalau kualitas pemuda lemah bakal berpengaruh pada eksistensi bangsa di masa mendatang. Namun mutu generasi bangsa tidak terlepas dari kesungguhan pemerintah dalam membenahi sistem pendidikan nasional."Sejumlah tokoh generasi muda pada masa 79 tahun lalu telah berhasilmenorehkan sejarah bangsa Indonesia untuk bersatu melawan penindasan kolinial penjajah. Tepatnya pada 28 Septemper 1928 anak bangsa sepakat untuk satu suara dalam membela bangsa yang sedang tercabik-cabik," ujarnya.
Disebutkan, sebuah bangsa hanya diisi oleh para pemuda, jawabannya tentu tidak. Di negara yang didiami oleh penduduk yang beraneka ragam dengan latar belakang dan umur yang berbeda-beda. Di sana ada orang tua, anak anak dan remaja. "Memang tidak semuanya para pemuda, jika mereka yang berumur antara 17- 40 tahun. Jika barometer pemuda tersebut hanya diukur oleh batasan umur dan lamanya seseorang mendiami bumi yang fana ini. Jika umur yang menjadi patokannya, maka sangat nihil suatu bangsa diisi oleh para pemuda. Ada sebuah kenyataan negeri ini dipimpin oleh mereka yang telah berumur melebihi ambang batas alias di atas empat puluh tahun. Belum lagi kepala daerah dan perangkat-perangkatnya dari provinsi sampai ke kabupaten/kota yang nota bene mayoritas geresi muda, walau tidak semua rata-rata telah mendiami bumi empat puluh tahun lebih. Belum lagi di lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah level pusat hingga ke daerah," paparnya.
Menurutnya, menjadi penghubung sebuah negara dengan pemuda adalah generasi muda yang sering dielu-elukan dengan berbagai macam slogan dan gelar. Hal itulah yang menjadi pertanyaan yang mesti dijawab. Pemuda bukan sekedar ditentukan oleh batasan umur yang kaku dan kuno. Umur hanyalah salah satu barometer teknis bukan substantif, yang membedakan pemuda dengan yang lainnya. Idealnya, kedewasaan juga tidak ditentukan oleh batasan umur. Tidak semua orang yang berumur tua memiliki kedewasaan yang tinggi.
Sebaliknya, tidak sedikit mereka yang relatif muda dapat berkontribusi kepada bangsa, negara dan agamanya."Peran dan kiprah pemuda dalam berkontribusi bagi bangsa sampai saat ini tidak diragukan lagi. Sumpah Pemuda pada 1928 telah menjadi bukti kongrit keberhasilan pemuda mempersatukan anak bangsa dalam satu kesatuan. Satu Nusa dan bangsa, bangsa indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia dan satu tumpah tanah air, tanah air Indonesia di tengah ketertindasan, pengekangan dan pejajahan, bahkan mereka mampu bangkit memberi asa dan harapan," ulasnya. Memperjuangkan Indonesia Raya yang merdeka, katanya, jauh sebelum itu Budi utomo telah berjuang melalui tamansiswa di bidang pendidikan, Muhammadiyah, Persis dan Nahdatul Ulama di bidang keagamaan serta gerakan politik terhimpun di dalamnya Indische Partij dan Serikat Islam. Organisasi pergerakan pra kemerdekaan didominasi para pemuda sebagai aktor penggerak. Sehubungan keberhasilan pemuda, ia menilai bahwa kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh kepemimpinan atau orang yang dituakan.
Pemimpin yang di dahukan selangkah di tinggikan seranting. Pemimpin tidak semestinya selalu orang tua. Ramai dan semaraknya kampung jelas oleh generasi muda. "Karena generasi muda yang memiliki kreatifitas dan semangat. Mereka yang aktif berbuat dan memberikan mamfaat kepada bangsa. Semangat sangat didominasi oleh motifasi dan vitalititas. Orang yang tua dari segi umur tetapi memiliki semangat para pemuda, pada hakikatnya dia adalah pemuda sejati dan berkarakter pemuda yang abadi," tuturnya.Kemudian menurutnya, pola pikir atau watak seorang pemuda adalah pola pikir petualang. Maksudnya, keinginan terus mencoba melahirkan hal-hal yang baru. Selalu punya ide kreatif dan inovatif. "Pola tingkah seperti ini melahirkan karakter dan bawaan. Berpikir cepat dan linear dan cendrung ingin sepat menuai hasil. Ide kreatif dan inovatif yang ditanggapi cepat dan cerdas dengan saluran yang pas akan melahirkan kontribusi yang luar biasa," jelasnya.
Ia menambahkan, prinsipnya karakter mendasari pembedaan manusia. Anak-anak memiliki karakteristik yang suka bermain, coba-coba dan karakter kekanak-kanakan. Remaja memiliki karakter mencari nilai dan jati diri, karakter puber. ABG cendrung meniru dan mudah terbawa pengaruh. Begitu juga halnya dengan orang tua, mereka memiliki karakter khas dengan ketuaan umurnya. Secara ilmu Psikologi karekteristik sangat dipengaruhi oleh kejiwaan dan keilmuan. "Maka peranan pemuda urgen diperhatikan oleh semua pihak teristimewa bagi yang merasa muda. Pemerintah dan semua elemen semestinya menjadi mitra kaum muda. Mengadakan fasilitas pengembangan dan penyaluran ide kreatifnya. Ada sisi baik pada diri pemuda juga tidak melenakan kita akan bahaya yang selalu mengintai dan mengrogoti para pemuda dewasa ini. Pemuda dijadikan basis korban yang mesti dihancurkan," ulasnya.
Bebas beraktifitas Pemuda Indonesia tidak harus direkat dalam sebuah organisasi, tapi lebih bijaksana membiarkan mereka bebas berkreatifitas di berbagai organisasi kepemudaan yang mereka sukai. "Yang penting ada upaya untuk saling menjaga dan menghormati antar organisasi-organisasi tersebut. Mereka harus seperti rel kereta api, meski sampai ke stasiunpun tidak akan pernah bertemu, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu demi kejayaan Indonesia," kata Firdaus Ilyas, ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Sumatra Barat.
Menurut Firdaus, yang juga kepala dinas perhubungan Kota Padang itu, persatuan pemuda Indonesia tidak bisa dimaknai dengan bergabungnya mereka dalam suatu organisasi tertentu, tapi harus dilihat dari upaya mereka untuk tetap mempertahankan rasa cinta mereka terhadap negara ini. "Meskipun untuk menunjukan kecintaan mereka itu tidak sama, ada yang cendrung mengkritik bahkan sampai melakukan demonstrasi, ada juga yang hanya diam dan mengamini segala kondisi yang terjadi, asal dengan tujuan untuk membangun negara ini, sebaiknya didukung oleh pihak-pihak terkait, karena para pemuda itu akan lebih berkembang, jika melakukan sesuatu sesuai dengan cara mereka masing-masing," terangnya.
Menyangkut 28 Oktober, yang merupakan hari sumpah pemuda, digambarkannya sebagai sebuah contoh konkret kecintaan pemuda terhadap republik ini. Pemuda yang waktu itu tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok, tidak menggagas sebuah organisasi bersama sebagai wadah memepersatukan Indonesia, tapi mengaplikasikan sebuah ide dan gagasan bersama untuk mengungkapkan rasa cinta dan kebersamaan mereka selaku pemuda."Produk pemuda 79 tahun lalu itu, ternyata tetap relevan sampai sekarang, dan hal itu merupakan suatu prestasi yang akan tetap menggema di bumi pertiwi ini, selama generasi mudanya bisa menjaga rasa cinta mereka terhadap Indonesia," terang Firdaus.
Ke depannya, ia menghimbau seluruh pemuda yang ada di Sumbar, untuk menjadikan momen 28 oktober ini, sebagai ajang untuk memikirkan kembali langkah pemuda ke depan. Disebutkan, seorang pemuda tidak akan bisa berbuat secara optimal untuk negara ini, jika dilakukan secara sendiri-sendiri, karena sekarang bukan lagi zamannya Superman atau Superhero. kegiatan mereka harus terorganisir dan tersistematis, dan untuk sampai ketahap itu mereka membutuhkan proses."Proses tersebut tentu tidak ada yang instan, dalam berorganisasipun, tentu harus dimulai dari yang terendah terlebih dahulu, seperti organisasi tingkat RT atau RW, kemudian organisasi kelurahan sampai natinya organisasi tingkat provinsi atau nasional," urai Firdaus.
(HARIAN UMUM SINGGALANG, EDISI MINGGU 28 OKTOBER 2007)
Menurut Ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumbar, Revi Martha Dasta, sesungguhnya peringatan Sumpah Pemuda yang diagendakan setiap tahun, bisa dijadikan momen untuk membangkitkan kembali peran pemuda di negeri ini. "Kita kehilangan panutan. Kita juga kehilangan tokoh nasional sekaliber Bung Hatta, M. Natsir, Haji Agussalim dan lain ini," ucapnya.
Jika semua komponen pemuda bersatu, Revi Martha Dasta optimis akan lahir tokoh pemuda dan nasional dari daerah ini. Asalkan seluruh komponen masyarakat tersebut tidak saling menjatuhkan. Untuk itu, KNPI, OKP, HMI dan lainnya membuat blue print (cetak biru) untuk melahirkan tokoh-tokoh tersebut dengan memasang target lima tahun ke depan atau 10 tahun ke depan.
Dari amatan Wakil Ketua Pemuda Marapalam, Dodi Afrianto, arus globalisasi telah merubah pola pikir generasi muda sekarang ini. Tidak hanya pola pikir mereka saja yang telah berubah, tapi mereka juga lupa pada sejarah bangsa ini. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya generasi sekarang yang terjerumus oleh barang haram pembawa kehancuran. "Generasi sekarang banyak yang lupa sejarah. Kalau saja mereka masih ingat sejarah, tentang perjuangan para pahlawan kita memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, tentu mereka tidak akan mudah terbawa arus yang menyesatkan itu," katanya.
Dikatakan, generasi muda yang terbawa arus menyesatkan itu adalah mereka yang terlibat dalam masalah narkoba dan penyakit masyakarat yang marak terjadi dewasa ini. Seperti peristiwa yang terjadi di Pasaman Barat beberapa waktu lalu. "Mulanya sekedar coba-coba, lama-kelamaan mereka ketagihan. Akhirnya membawa petaka untuk masa depannya dan merugikan orang banyak.
Tidak hanya dirinya saja yang rugi tapi orangtua mereka juga tersiksa dibuatnya," sebut pria yang kini sedang bekerja sebagai salah satu tenaga honorer di instansi pemerintahan ini.
Disebutkan, perbedaan pemuda dulu dengan sekarang sangatlah jauh berbeda. Pemuda dulu cendrung mempertahankan kewajibannya ketimbang menghabiskan waktu tanpa arah. Pemuda dulu mempunyai kemauan yang keras dalam memberikan masukan yang positif bagi kemajuan bangsa. Mereka mandiri dan mampu mengambil keputusan yang bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan.
"Kalau pemuda sekarang banyak mengandalkan apa yang dipunyai orangtua mereka. Mereka tidak pernah berpikir bagaimana kondisi mereka tanpa orangtuanya, dikemudian hari. Mereka hanya bicara hari ini, tapi tidak untuk 10 tahun mendatang," ujar Dodi.Terkait makna Hari Sumpah Pemuda yang setiap tanggal 28 Oktober diperingati bangsa Indonesia, Dodi, memaknainya sebagai pembangunan motivasi diri untuk menjadi orang yang berguna bagi orangtua, bangsa dan tanah air di kemudian hari.
Selaku tenaga honorer, dia akan berusaha menjalankan tugas dan kewajibannya selaku anak bangsa negeri ini. Baik sebagai tenaga Sementara itu, Presiden Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang, Ja'far berpendapat, harapan lebih baik untuk kemajuan bangsa mesti ditentukan oleh para pemudanya, kalau kualitas pemuda lemah bakal berpengaruh pada eksistensi bangsa di masa mendatang. Namun mutu generasi bangsa tidak terlepas dari kesungguhan pemerintah dalam membenahi sistem pendidikan nasional."Sejumlah tokoh generasi muda pada masa 79 tahun lalu telah berhasilmenorehkan sejarah bangsa Indonesia untuk bersatu melawan penindasan kolinial penjajah. Tepatnya pada 28 Septemper 1928 anak bangsa sepakat untuk satu suara dalam membela bangsa yang sedang tercabik-cabik," ujarnya.
Disebutkan, sebuah bangsa hanya diisi oleh para pemuda, jawabannya tentu tidak. Di negara yang didiami oleh penduduk yang beraneka ragam dengan latar belakang dan umur yang berbeda-beda. Di sana ada orang tua, anak anak dan remaja. "Memang tidak semuanya para pemuda, jika mereka yang berumur antara 17- 40 tahun. Jika barometer pemuda tersebut hanya diukur oleh batasan umur dan lamanya seseorang mendiami bumi yang fana ini. Jika umur yang menjadi patokannya, maka sangat nihil suatu bangsa diisi oleh para pemuda. Ada sebuah kenyataan negeri ini dipimpin oleh mereka yang telah berumur melebihi ambang batas alias di atas empat puluh tahun. Belum lagi kepala daerah dan perangkat-perangkatnya dari provinsi sampai ke kabupaten/kota yang nota bene mayoritas geresi muda, walau tidak semua rata-rata telah mendiami bumi empat puluh tahun lebih. Belum lagi di lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah level pusat hingga ke daerah," paparnya.
Menurutnya, menjadi penghubung sebuah negara dengan pemuda adalah generasi muda yang sering dielu-elukan dengan berbagai macam slogan dan gelar. Hal itulah yang menjadi pertanyaan yang mesti dijawab. Pemuda bukan sekedar ditentukan oleh batasan umur yang kaku dan kuno. Umur hanyalah salah satu barometer teknis bukan substantif, yang membedakan pemuda dengan yang lainnya. Idealnya, kedewasaan juga tidak ditentukan oleh batasan umur. Tidak semua orang yang berumur tua memiliki kedewasaan yang tinggi.
Sebaliknya, tidak sedikit mereka yang relatif muda dapat berkontribusi kepada bangsa, negara dan agamanya."Peran dan kiprah pemuda dalam berkontribusi bagi bangsa sampai saat ini tidak diragukan lagi. Sumpah Pemuda pada 1928 telah menjadi bukti kongrit keberhasilan pemuda mempersatukan anak bangsa dalam satu kesatuan. Satu Nusa dan bangsa, bangsa indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia dan satu tumpah tanah air, tanah air Indonesia di tengah ketertindasan, pengekangan dan pejajahan, bahkan mereka mampu bangkit memberi asa dan harapan," ulasnya. Memperjuangkan Indonesia Raya yang merdeka, katanya, jauh sebelum itu Budi utomo telah berjuang melalui tamansiswa di bidang pendidikan, Muhammadiyah, Persis dan Nahdatul Ulama di bidang keagamaan serta gerakan politik terhimpun di dalamnya Indische Partij dan Serikat Islam. Organisasi pergerakan pra kemerdekaan didominasi para pemuda sebagai aktor penggerak. Sehubungan keberhasilan pemuda, ia menilai bahwa kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh kepemimpinan atau orang yang dituakan.
Pemimpin yang di dahukan selangkah di tinggikan seranting. Pemimpin tidak semestinya selalu orang tua. Ramai dan semaraknya kampung jelas oleh generasi muda. "Karena generasi muda yang memiliki kreatifitas dan semangat. Mereka yang aktif berbuat dan memberikan mamfaat kepada bangsa. Semangat sangat didominasi oleh motifasi dan vitalititas. Orang yang tua dari segi umur tetapi memiliki semangat para pemuda, pada hakikatnya dia adalah pemuda sejati dan berkarakter pemuda yang abadi," tuturnya.Kemudian menurutnya, pola pikir atau watak seorang pemuda adalah pola pikir petualang. Maksudnya, keinginan terus mencoba melahirkan hal-hal yang baru. Selalu punya ide kreatif dan inovatif. "Pola tingkah seperti ini melahirkan karakter dan bawaan. Berpikir cepat dan linear dan cendrung ingin sepat menuai hasil. Ide kreatif dan inovatif yang ditanggapi cepat dan cerdas dengan saluran yang pas akan melahirkan kontribusi yang luar biasa," jelasnya.
Ia menambahkan, prinsipnya karakter mendasari pembedaan manusia. Anak-anak memiliki karakteristik yang suka bermain, coba-coba dan karakter kekanak-kanakan. Remaja memiliki karakter mencari nilai dan jati diri, karakter puber. ABG cendrung meniru dan mudah terbawa pengaruh. Begitu juga halnya dengan orang tua, mereka memiliki karakter khas dengan ketuaan umurnya. Secara ilmu Psikologi karekteristik sangat dipengaruhi oleh kejiwaan dan keilmuan. "Maka peranan pemuda urgen diperhatikan oleh semua pihak teristimewa bagi yang merasa muda. Pemerintah dan semua elemen semestinya menjadi mitra kaum muda. Mengadakan fasilitas pengembangan dan penyaluran ide kreatifnya. Ada sisi baik pada diri pemuda juga tidak melenakan kita akan bahaya yang selalu mengintai dan mengrogoti para pemuda dewasa ini. Pemuda dijadikan basis korban yang mesti dihancurkan," ulasnya.
Bebas beraktifitas Pemuda Indonesia tidak harus direkat dalam sebuah organisasi, tapi lebih bijaksana membiarkan mereka bebas berkreatifitas di berbagai organisasi kepemudaan yang mereka sukai. "Yang penting ada upaya untuk saling menjaga dan menghormati antar organisasi-organisasi tersebut. Mereka harus seperti rel kereta api, meski sampai ke stasiunpun tidak akan pernah bertemu, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu demi kejayaan Indonesia," kata Firdaus Ilyas, ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Sumatra Barat.
Menurut Firdaus, yang juga kepala dinas perhubungan Kota Padang itu, persatuan pemuda Indonesia tidak bisa dimaknai dengan bergabungnya mereka dalam suatu organisasi tertentu, tapi harus dilihat dari upaya mereka untuk tetap mempertahankan rasa cinta mereka terhadap negara ini. "Meskipun untuk menunjukan kecintaan mereka itu tidak sama, ada yang cendrung mengkritik bahkan sampai melakukan demonstrasi, ada juga yang hanya diam dan mengamini segala kondisi yang terjadi, asal dengan tujuan untuk membangun negara ini, sebaiknya didukung oleh pihak-pihak terkait, karena para pemuda itu akan lebih berkembang, jika melakukan sesuatu sesuai dengan cara mereka masing-masing," terangnya.
Menyangkut 28 Oktober, yang merupakan hari sumpah pemuda, digambarkannya sebagai sebuah contoh konkret kecintaan pemuda terhadap republik ini. Pemuda yang waktu itu tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok, tidak menggagas sebuah organisasi bersama sebagai wadah memepersatukan Indonesia, tapi mengaplikasikan sebuah ide dan gagasan bersama untuk mengungkapkan rasa cinta dan kebersamaan mereka selaku pemuda."Produk pemuda 79 tahun lalu itu, ternyata tetap relevan sampai sekarang, dan hal itu merupakan suatu prestasi yang akan tetap menggema di bumi pertiwi ini, selama generasi mudanya bisa menjaga rasa cinta mereka terhadap Indonesia," terang Firdaus.
Ke depannya, ia menghimbau seluruh pemuda yang ada di Sumbar, untuk menjadikan momen 28 oktober ini, sebagai ajang untuk memikirkan kembali langkah pemuda ke depan. Disebutkan, seorang pemuda tidak akan bisa berbuat secara optimal untuk negara ini, jika dilakukan secara sendiri-sendiri, karena sekarang bukan lagi zamannya Superman atau Superhero. kegiatan mereka harus terorganisir dan tersistematis, dan untuk sampai ketahap itu mereka membutuhkan proses."Proses tersebut tentu tidak ada yang instan, dalam berorganisasipun, tentu harus dimulai dari yang terendah terlebih dahulu, seperti organisasi tingkat RT atau RW, kemudian organisasi kelurahan sampai natinya organisasi tingkat provinsi atau nasional," urai Firdaus.
(HARIAN UMUM SINGGALANG, EDISI MINGGU 28 OKTOBER 2007)
HMI Jangan Jadi Demonstran
Sabtu,20 Oktober 2007
Padang , Harian Umum Singgalang
Anggota Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) menurut Ketua Dewan Penasihatnya yang juga Wakil Presiden RI , H. M. Jusuf Kalla memiliki kepentingan yang berbeda. ‘Warga' Kahmi termasuk Kahmi Sumbar diingatkannya, untuk tidak menyatukan perbedaan itu. Perbedaan justru mampu menjadi pemersatu. “Jangan coba-coba mengarahkan kepada kepentingan yang satu,” tegasnya dalam sambutan yang dipenuhi gelak tawa tersebut saat meresmikan penggunaan Kantor bersama HMI/Kahmi Sumbar di Jalan Hang Tuah nomor 158, Padang , Jumat (19/10) pagi.
Malah dari perbedaan itu bisa diselesaikan berbagai persoalan. Kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang merupakan bagian dari perbedaan kepentingan dapat diselesaikan karena masing-masing bagian dari Kahmi. Pertemuan di Helsinki yang juga mempertemukan berbagai anggota Kahmi (termasuk yang berpihak pada GAM), bisa diselesaikan dengan mudah. “Itukan pertemuan anggota Kahmi. Termasuk saya yang menggerakkan dari Jakarta , sudah pasti orang Kahmi,” ujarnya sambil menyebutkan sejumlah nama seperti Farid, Hamid dan Syofyan yang bertemu di Helsinki , Finlandia beberapa waktu lalu. Belum lagi beberapa persoalan antar partai politik yang juga bisa dicairkan kebekuannya berkat mereka yang berasal dari Kahmi. “Kahmi ini ada di mana-mana, sulit menemukan yang bukan Kahmi. Ada yang baik, juga ada yang buruknya,” sebutnya.
Keberagaman dan perbedaan kembali ditekankannya bisa menjadi kunci atau kekuatan bagi bangsa ini. Begitu juga dengan Kahmi maupun HMI. Agar Kahmi bisa lebih bagus dan baik di masa mendatang, disarankannya mulai menerapkan sistem satu tingkat di atas arisan. “Lebih dari itu pasti pecah. Karena bicara politik, pasti orang HMI bakal habis,” katanya. Sistem arisan dipandang bisa mewakili. Semuanya bisa bicara apapun. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya atau lainnya. Dari pertemuan itu bisa dicapai berbagai persetujuan, sehingga tak ada yang merasa dirugikan akibat tak pernah ikut serta. Kepada HMI yang merupakan cikal bakal Kahmi, dia juga mengingatkan jangan sampai menjadi manusia yang suka menolak. Sebagai insan akademis, HMI harus jadi orang yang memiliki intelektual yang tinggi. “Jangan jadi insan demonstran yang cenderung menolak apa saja,” ingatnya.
HMI hendaknya harus bisa menjadi pembina atau mendidik orang menjadi baik. Baik agama, akhlak maupun yang lainnya. “Saya justru maunya yang masuk HMI mereka yang buruk-buruk, kemudian dibina menjadi baik,” imbuhnya sambil menyebutkan, dia pernah melakukan perubahan di HMI. Perubahan gedung HMI/Kahmi Sumbar diharapkan bisa diikuti dengan perbaikan-perbaikan ke depan. Terutama dari sisi intelektualitas mereka yang ada di sana . Demi kebersamaan, dia menyarankan tak ada kursi yang berpola birokrat di gedung itu. “Jangan tiru gaya birokratlah, feodal,” katanya sambil tertawa renyah dan diikuti derai tawa para hadirin yang terdiri dari Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, Menteri Sosial, Bachtiar Chamsyah, Wakil Gubernur Sumbar, H. Marlis Rahman, Wakil Ketua DPD RI, Irman Gusman, Syahrul Ujud, Walikota Padang, Fauzi Bahar, Wakil Walikota Padang, Yusman Kasim, mantan Ketua Badko Kahmi Sumbar era 1960-an, Saidal Bahauddin dan lainnya.
Hal senada juga diharapkan Gubernur Sumbar, H. Gamawan Fauzi. Dia berharap, gedung yang bagus bisa lebih melahirkan orang-orang hebat. Gedung Kahmi Sumbar yang dulu tak indah saja bisa melahirkan nama-nama besar yang kini sudah berkiprah di tingkat provinsi maupun nasional. “Salah satunya Gubernur Sumbar saat ini,” sebut Gubernur yang batal menggunakan teks pidatonya karena Ketua HMI Padang, Hendra Syahputra yang spontan memberikan sambutan tak memakai teks pidato. Dia khawatir, gedung bagus itu tak bisa melahirkan apa-apa, bila tidak menekankan kehadirannya sebagai tantangan. Tantangan untuk melahirkan kreatifitas yang lebih baik. Sebelumnya, Presiden Kahmi Sumbar, Firman Hasan pada kegiatan yang juga dihadiri Pengurus Kahmi Nasional, Asri Harahap menyebutkan, sejak peletakkan batu pertama, 4 September 2004 oleh Jusuf Kalla, sampai peresmian Jumat kemarin, pembangunan telah menelan dana Rp2,2 miliar. Dana itu berasal dari berbagai sumbangsih para anggota Kahmi termasuk Jusuf Kalla yang saat peletakan batu pertama masih menjadi calon wakil presiden. Juga ada bantuan dari Pemprov Sumbar dan lainnya. Ke depan, demi keberlangsungan aktivitas di gedung itu, dia tetap mengharapkan sumbangsih itu terus mengalir.
Padang , Harian Umum Singgalang
Anggota Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) menurut Ketua Dewan Penasihatnya yang juga Wakil Presiden RI , H. M. Jusuf Kalla memiliki kepentingan yang berbeda. ‘Warga' Kahmi termasuk Kahmi Sumbar diingatkannya, untuk tidak menyatukan perbedaan itu. Perbedaan justru mampu menjadi pemersatu. “Jangan coba-coba mengarahkan kepada kepentingan yang satu,” tegasnya dalam sambutan yang dipenuhi gelak tawa tersebut saat meresmikan penggunaan Kantor bersama HMI/Kahmi Sumbar di Jalan Hang Tuah nomor 158, Padang , Jumat (19/10) pagi.
Malah dari perbedaan itu bisa diselesaikan berbagai persoalan. Kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang merupakan bagian dari perbedaan kepentingan dapat diselesaikan karena masing-masing bagian dari Kahmi. Pertemuan di Helsinki yang juga mempertemukan berbagai anggota Kahmi (termasuk yang berpihak pada GAM), bisa diselesaikan dengan mudah. “Itukan pertemuan anggota Kahmi. Termasuk saya yang menggerakkan dari Jakarta , sudah pasti orang Kahmi,” ujarnya sambil menyebutkan sejumlah nama seperti Farid, Hamid dan Syofyan yang bertemu di Helsinki , Finlandia beberapa waktu lalu. Belum lagi beberapa persoalan antar partai politik yang juga bisa dicairkan kebekuannya berkat mereka yang berasal dari Kahmi. “Kahmi ini ada di mana-mana, sulit menemukan yang bukan Kahmi. Ada yang baik, juga ada yang buruknya,” sebutnya.
Keberagaman dan perbedaan kembali ditekankannya bisa menjadi kunci atau kekuatan bagi bangsa ini. Begitu juga dengan Kahmi maupun HMI. Agar Kahmi bisa lebih bagus dan baik di masa mendatang, disarankannya mulai menerapkan sistem satu tingkat di atas arisan. “Lebih dari itu pasti pecah. Karena bicara politik, pasti orang HMI bakal habis,” katanya. Sistem arisan dipandang bisa mewakili. Semuanya bisa bicara apapun. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya atau lainnya. Dari pertemuan itu bisa dicapai berbagai persetujuan, sehingga tak ada yang merasa dirugikan akibat tak pernah ikut serta. Kepada HMI yang merupakan cikal bakal Kahmi, dia juga mengingatkan jangan sampai menjadi manusia yang suka menolak. Sebagai insan akademis, HMI harus jadi orang yang memiliki intelektual yang tinggi. “Jangan jadi insan demonstran yang cenderung menolak apa saja,” ingatnya.
HMI hendaknya harus bisa menjadi pembina atau mendidik orang menjadi baik. Baik agama, akhlak maupun yang lainnya. “Saya justru maunya yang masuk HMI mereka yang buruk-buruk, kemudian dibina menjadi baik,” imbuhnya sambil menyebutkan, dia pernah melakukan perubahan di HMI. Perubahan gedung HMI/Kahmi Sumbar diharapkan bisa diikuti dengan perbaikan-perbaikan ke depan. Terutama dari sisi intelektualitas mereka yang ada di sana . Demi kebersamaan, dia menyarankan tak ada kursi yang berpola birokrat di gedung itu. “Jangan tiru gaya birokratlah, feodal,” katanya sambil tertawa renyah dan diikuti derai tawa para hadirin yang terdiri dari Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, Menteri Sosial, Bachtiar Chamsyah, Wakil Gubernur Sumbar, H. Marlis Rahman, Wakil Ketua DPD RI, Irman Gusman, Syahrul Ujud, Walikota Padang, Fauzi Bahar, Wakil Walikota Padang, Yusman Kasim, mantan Ketua Badko Kahmi Sumbar era 1960-an, Saidal Bahauddin dan lainnya.
Hal senada juga diharapkan Gubernur Sumbar, H. Gamawan Fauzi. Dia berharap, gedung yang bagus bisa lebih melahirkan orang-orang hebat. Gedung Kahmi Sumbar yang dulu tak indah saja bisa melahirkan nama-nama besar yang kini sudah berkiprah di tingkat provinsi maupun nasional. “Salah satunya Gubernur Sumbar saat ini,” sebut Gubernur yang batal menggunakan teks pidatonya karena Ketua HMI Padang, Hendra Syahputra yang spontan memberikan sambutan tak memakai teks pidato. Dia khawatir, gedung bagus itu tak bisa melahirkan apa-apa, bila tidak menekankan kehadirannya sebagai tantangan. Tantangan untuk melahirkan kreatifitas yang lebih baik. Sebelumnya, Presiden Kahmi Sumbar, Firman Hasan pada kegiatan yang juga dihadiri Pengurus Kahmi Nasional, Asri Harahap menyebutkan, sejak peletakkan batu pertama, 4 September 2004 oleh Jusuf Kalla, sampai peresmian Jumat kemarin, pembangunan telah menelan dana Rp2,2 miliar. Dana itu berasal dari berbagai sumbangsih para anggota Kahmi termasuk Jusuf Kalla yang saat peletakan batu pertama masih menjadi calon wakil presiden. Juga ada bantuan dari Pemprov Sumbar dan lainnya. Ke depan, demi keberlangsungan aktivitas di gedung itu, dia tetap mengharapkan sumbangsih itu terus mengalir.
Langganan:
Postingan (Atom)